Sabtu, 24 April 2021

RANGKUMAN SEMINAR BARRATAGA SERIES 030

 BARRATAGA Online Seminar Series 030

(Mensikapi Bencana Covid-19)

"Teori Manajemen & Hukum, Rekayasa, Struktur, Keselamatan, dan Jalan, Serta Aplikasinya Pada Proyek Konstruksi"

*Flyer online seminar BARRATAGA 030


Seminar Online BARRATAGA Series 030 kali ini membahas tentang "Teori Manajemen & Hukum, Rekayasa, Struktur, Keselamatan, dan Jalan, Serta Aplikasinya Pada Proyek Konstruksi" yang dihadiri oleh para Ahli dan Praktisi lapangan sebagai pemateri. 

Berikut merupakan rangkuman dari Seminar Online BARRATAGA Series 030 yang  saya dapatkan dari mengikuti rangkaian seminar tersebut.



File Rangkuman (PDF)



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NAMA    : MUHAMMAD RIZKI

NIM        : 19511056

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA




Minggu, 18 April 2021

ATENUASI GERAKAN TANAH by MUHAMMAD RIZKI



Berikut merupaka ringkasan dan soal PR 07 dari teknik kegempaan prof.Sarwidi seputar ATENUASI GERAKAN TANAH



Berikut merupakan file PDF hasil rangkuman pertanyaan diatas 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber:

Diktat 05 Teknik Kegempaan. Teknik Sipil UII. Prof. Sarwidi.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/04/10/164200823/gempa-malang-mengapa-guncangannya-sangat-luas-sampai-yogyakarta-dan-bali?page=all

https://www.tribunnews.com/nasional/2021/04/11/dampak-gempa-malang-8-orang-meninggal-dunia-ribuan-rumah-rusak-blitar-dan-malang-terparah

https://www.bmkg.go.id/gempabumi/antisipasi-gempabumi.bmkg

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NAMA    : MUHAMMAD RIZKI

NIM        : 19511056

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA




Sabtu, 10 April 2021

PARAMETER GERAKAN TANAH DAN URAIAN BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI DI SULTENG 2018 by Muhammad Rizki






PARAMETER GERAKAN TANAH

(Ground Motion Parameters)

Ukuran gerakan tanah berhubungan dengan tingkat kerusakan / pengaruh terhadap struktur dapat dinyatakan dalam berbagai ekspresi, antara lain :

1. nilai maksimum percepatan, kecepatan, dan simpangan (maximum amplitudes)

2. spektrum respon (Response Spectra)

3. durasi (lama) gempa (Duration)

4. kandungan frekuensi (Frequency Content)


1. Nilai maksimum percepatan (Peak Ground Acceleration = PGA) berdasarkan hukum Newton, gaya merupakan fungsi yang berbanding lurus dengan masa dan percepatan. Oleh karena itu bila percepatan tanahnya semakin besar, akan diperoleh  beban struktur yang semakin besar pula. Namun perlu diketahui, bahwa gerakan tanah umumnya mempunyai kandungan frekuensi yang tinggi, sehingga Werner (1976) menyimpulkan, bahwa gaya / beban maksimum di atas hanya akan berpengaruh pada bangunan yang berfrekuensi tinggi. Hukum Newton II  Gaya F = - m a, di mana m adalah massa benda yang digerakkan atau bergerak dan a adalah percepatan. Pengaruh tersebut akan semakin mengecil pada struktur yang berfrekuensi semakin rendah. Penggunaan kecepatan dan simpangan maksimum akibat gempa dapat memperbaiki estimasi beban gempa untuk struktur yang berfrekuensi sedang dan rendah. Namun penggunaan kecepatan dan simpangan tanah juga mempunyai kelemahan, karena kemungkinan kesalahan proses integrasi numerik dari data percepatan tanah / struktur

Sebagaimana dengan konsep percepatan maksimum, konsep dengan percepatan dan simpangan maksimum juga mengabaikan faktor-faktor penting seperti frekuensi dan durasi gempa. Kelemahan konsep percepatan maksimum dapat dipelajari dalam kejadian gempa Parkfield and El Centro. Percepatan maksimum pada gempa Parkfield (1996) adalah 0.5 g, namun kerusakannya lebih kecil dibandingkan dengan Gempa El Centro (1980) yang hanya mempunyai percepatan maksimum = 0.33 g . g = 9.8 m / det2 (percepatan grafitasi bumi).


2. Spektrum respon (Respon Spectra)

Alternatif lain yang juga digunakan saat ini sebagai parameter gerakan tanah adalah spektrum respon. Spektrum respon adalah grafik hubungan antara respon maksimum strruktur berderajat kebebasan tunggal dengan periode / waktu getar struktur. Setiap input gerakan tanah, damping (redaman) struktur yang berbeda, akan menghasilkan spektrum respons yang berbeda pula.

Bila waktu getar struktur (T) mendekati dengan waktu getar tanah dominan, maka secara teoritis dengan spektrum respon, akan membahayakan struktur. Hal tersebut dapat dilihat dengan fenomena puncak-puncak spektrum. Spektrum respon dapat dinyatakan dengan

1. Spektrum respon percepatan (percepatan semu = pseudo acceleration)

2. Spektrum respon kecepatan (kecepatan semu = pseudo velocity)

3. Spektrum respon simpangan (displacement response spektrum)


Durasi gempa (ground motion duration)

Percepatan tanah yang merambat ke masa struktur akan menimbulkan gaya (Newton). Bila durasi gerakan tanah semakin lama, maka energi yang dilepaskan oleh tanah / struktur akan semakin besar, hingga akan dapat memperparah kerusakan struktur. 

Secara lengkap, energi gerakan dapat digambar dengan hubungan waktu (t) bertambahnya durasi gempa (td) akan menyebabkan perbesaran energi input dan bertambah pula energi yang harus diserap oleh Struktur. Dengan demikian bertambahnya durasi berpotensi menambah derajat kerusakan struktur.


Kandungan Frekuensi (Frequency Contents)

Dari percobaan dinamik pada SDOF (single degree of freedom = struktur bederajat kebebasan tunggal) dengan menggunakan gaya harmonik, misalnya :

F(t) = Fo Sin  t, dimana :

Fo = gaya dasar,  = frekuensi sudut,

Sebagaimana diketahui, bahwa getaran tanah akibat gempa mengandung frekuensi yang lebar (wide range frequency), dapat mempunyai f = 0.2 – 10 Hz (1 / det). Pada masing-masing tempat mempunyai kandungan frekuensi dominan.

Kandungan frekuensi gempa dapat dinyatakan secara praktis dengan rasio A / V. Dimana A = percepatan maksimum tanah, dan V= kecepatan maksimum tanah. Gempa (tanah setempat / site) yang mempunyai kandungan frekuensi dominan tinggi cenderung untuk mempunyai rasio A / V yang besar, dan sebaliknya.

Walupun :

a gempa Bucharest (1977) < a gempa El Centro (1940)

Namun :

Kerusakan akibat gempa Bucharest > kerusakan akibat gempa El Centro. Disinyalir, bahwa A / V Bucharest rendah (f Bucharest rendah) dan model bangunan yang ada disana mempunyai fs yang rendah (Ts panjang). Jadi konsep resonansi “bermain” atau berperan disana.


BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI DI SULTENG 2018 

  • Uraian bencana gempa dan tsunami di sulteng 2018

Pukul 17.02 WIB, gempa bermagnitudo 7,4 mengguncang Kota Palu dan Donggala. Pusat gempa ada pada kedalaman 10 km, jaraknya ada di 27 km sebelah timur laut Donggala. Saking kencangnya getaran itu, kursi dan meja orang-orang di Kabupaten Gowa sampai bergetar, padahal Kabupaten Gowa berjarak sekitar 780 km dari Kota Palu.

Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengaktivasi peringatan dini tsunami, status siaga untuk pantai Donggala barat dan waspada untuk Donggala utara, Mamuju, dan Kota Palu bagian barat. Tsunami setinggi hampir 6 meter dengan kecepatan 800 km/jam menerjang Pantai Talise, ketinggian ombak meraih baliho tinggi dekat pantai.

  • Dampak bencana gempa dan tsunami di sulteng 2018

Kerugian dan Kerusakan Dampak Bencana di Sulawesi Tengah MencapaiI 13,82 Trilyun Rupiah. Tercatat 2.256 orang meninggal dunia. Sebarannya di Kota Palu 1.703 orang meninggal dunia, Donggala 171 orang, Sigi 366 orang, Parigi Moutong 15 orang dan Pasangkayu 1 orang. Semua korban sudah dimakamkan. Sebanyak 1.309 orang hilang, 4.612 orang luka-luka dan 223.751 orang mengungsi di 122 titik. 

Banyak bangunan dan infrastruktur yang hancur akibat bencana. Kerusakan meliputi 68.451 unit rumah, 327 unit rumah ibadah, 265 unit sekolah, perkantoran 78 unit, toko 362 unit, jalan 168 titik retak, jembatan 7 unit dan sebagainya. Data tersebut adalah data sementara, yang akan bertambah seiring pendataan yang terus dilakukan.

  • Langkah-langkah penanganan
  1. Melanjutkan evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, pihaknya membutuhkan banyak alat berat untuk proses evakuasi dan pencarian tersebut. Sebab, banyak korban yang diduga tertimpa reruntuhan bangunan, material longsor, dan tertimbun lumpur yang masih perlu untuk dievakuasi.  
  2. Pemakaman jenazah. Sutopo mengatakan, harus segera dilakukan pemakaman massal lantaran tiga hari pascagempa korban meninggal dunia sudah mengeluarkan bau. "Bapak Menko Polhukam, Panglima TNI, Kepala BNPB, telah meninjau TPU Papuya. sudah digali, disiapkan, ada 1.000 ruang di sana," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Senin (1/10/2018).
  3. Percepatan pemulihan jaringan listrik. Sebab, saat ini jaringan listrik di Kota Palu belum semua menyala. Bahkan di Donggala, Sigi, dan Parigi Mountong, kondisi listrik masih padam.
  4. Percepatan pengadaan bahan bakar minyak (bbm), terutama genset rumah sakit dan operator seluler.
  5. Distribusi logistik dan makanan untuk pengungsi.
  6. Percepatan jaringan komunikasi
  • Antisipasi gempa bumi

  1. Mengenali apa yang disebut gempabumi;
    Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempabumi (longsor, liquefaction dll); Mengevaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempabumi.
  2. Perhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi gempabumi, sudah mengetahui tempat paling aman untuk berlindung;
    Belajar melakukan P3K;
    Belajar menggunakan alat pemadam kebakaran;
    Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.
  3. Persiapan Rutin pada tempat Anda bekerja dan tinggal Perabotan (lemari, cabinet, dll) diatur menempel pada dinding (dipaku, diikat, dll) untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran. Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.

  4. Siapkan Kotak P3K; Senter/lampu baterai; Radio; Makanan suplemen dan air.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Berikut merupakan file PDF rangkuman :

(TGB-17-PR06-RIZKI) https://drive.google.com/file/d/15s_hnq9YvGhKGMhe2C6RLuTPVnss5u3X/view?usp=sharing

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber:

Diktat 04 Teknik Kegempaan. Teknik Sipil UII. Prof. Sarwidi.

https://news.detik.com/berita/d-4361370/sore-di-palu-dan-donggala-gempa-tsunami-dan-likuifaksi

https://bnpb.go.id/berita/kerugian-dan-kerusakan-dampak-bencana-di-sulawesi-tengah-mencapai-1382-trilyun-rupiah

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/01/17093251/ini-6-prioritas-penanganan-gempa-dan-tsunami-palu-donggala?page=all

https://www.bmkg.go.id/gempabumi/antisipasi-gempabumi.bmkg

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NAMA    : MUHAMMAD RIZKI

NIM        : 19511056

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


Minggu, 04 April 2021

HUBUNGAN ENERGI DAN KERUSAKAN AKIBAT GEMPA by dewi ayu harjani

Hubungan Antara Energi dan Kerusakan Akibat Gempa

 Adanya aktivitas tektonik pada sumber gempa dapat menimbulkan energi mekanik. Energi tersebut kemudian dirambatkan ke segala arah dalam bentuk gelombang gempa yang beragam jenisnya itu, seperti P-Wave, S-Wave, L-Wave dan R-Wave. Semakin besar energi gempa maka semakin besar pula getaran tanahnya, yang menyebabkan besarnya daya rusaknya. Dengan analogi sebuah kaleng yang dipukul dengan energi yang besar maka akan menghasilkan bunyi yang keras. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan gempa juga dipengaruhi oleh energi gempa.


berikut merupakan file PDF rangkuman :

(TGB-18-PR05 Dewi) : https://drive.google.com/file/d/1m2CA3u-nqLuysr_KwABBYSJ0e0fihuGo/view?usp=sharing


Sumber:

Diktat 02-03 Teknik Kegempaan. Teknik Sipil UII. Prof. Sarwidi.

JENIS - JENIS GELOMBANG GEMPA DAN UKURANNYA by Muhammad Rizki

 


GELOMBANG GEMPA (SEISMIC WAVE)


1. P-wave (Gelombang Primer)

    Gelombang primer ini merambat paling cepat di antara gelombang-gelombang lainnya. Gelombang ini merambat dalam badan bumi dengan efek gaya aksial sejajar arah jarum rambatan, yaitu desakan / kompresi dan tarikan / delitasi. Gelomabang ini dapat menjalar pada benda padat, cair dan gas (Bolt, 1975).

2. S-wave (Gelombang Sekunder)

    Gelombang sekunder ini merambat lebih lambat dibandingkan dengan P-wave. Gelombang ini merambat dalam badan dengan efek gaya geser, yaitu tegak lurus arah rambatan gelombang. Gelombang jenis ini hanya dapat merambat pada media yang padat (solid). Bangunan lebih mudah bergetar oleh gelombang jenis ini. 


3. L-wave (Gelombang Love)

    Gelombang ini mempunyai efek paling besar di permukaan bumi dan semakin kecil efeknya sejalan dengan kedalaman. Gelombang ini menyebabkan gaya geser (tegak lurus arah rambatan) pada media. Gelombang ini dapat menggoyangkan gedung dan sangat berpotensi merusak.


4. R-wave (Gelombang Rayleigh)

    Gelombang permukaan ini mempunyai efek gerakan horisontal dan vertikal, bagaikan ombak pantai yang menggulung. Kecepatannya biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan L- wave.

    Bercampurnya gelombang badan yang mencapai permukaan dan gelombang permukaan, menyebabkan kompleknya formasi gelombang gempa, dan memungkinkan perbesaran (amplifikasi) gelombang.


UKURAN GEMPA (EARTHQUAKE MEASUREMENT)

MAGNITUT, INTENSITAS, dan SEISMISITAS

(MAGNITUDE, INTENSITY, and SEISMISITY)


    Besarnya gempa yang terjadi dapat digambarkan dalam berbagai ekspresi. Ada yang menggunakan istilah magnitut dan ada yang menggunakan intensitas. Ada untung dan ruginya dalam penggunaan masing-masing ekspresi. Hingga sekarang, ada satu lagi istilah / ekspresi yang penting dalam penentuan beban gempa untuk bangunan, yaitu seismisitas. Ketiga istilah penting dalam bidang rekayasa gempa tersebut telah dicoba dan didefibisikan oleh Dowrick (1977) sebagai berikut ini :


1. Magnitut (ukuran energi/ magnitude)

    Magnitut adalah sebuah ukuran kuantitatif gempa yang tidak tergantung (independent) dari tempat observasi (tinjauan). Magnitut biasanya dinyatakan dengan M skala Richter, dan dapat diperkirakan dari rekaman gempa dengan menggunakan nomogram Richter.


2. Intensitas (intensity)

    Intensitas adalah sebuah besaran subyektif mengenai efek gempa, dan mengacu pada derajat goncangan di sebuah tempat tertentu. Yang paling banyak digunakan sekarang adalah skala modifikasi Mercalli, MMI, atau IMM.


3. Seismisitas (seismisity)

Seismisitas adalah aktifitas seismik pada wilayah tertentu. Seismisitas mengindikasikan jumlah energi gempa yang dilepaskan pada wilayah tertentu (dalam kurun waktu tertentu).



Untuk lebih jelasnya ketiga hal diatas akan kita bahas / uraikan satu persatu.


  • Magnitut (magnitude / ukuran energi)

Magnitut merupakan fungsi dari energi gempa. Skala yang terkenal sampai sekarang adalah M Richter scale (M skala Richter), yang dapat dinyatakan dengan :

M = log A + log AO Dengan :


A = amplitudo maksimum (mikron)

AO= Amplitude koreksi untuk untuk lokasi yang dipilih untuk lokasi yang dipilih sebagai standar.

Magnitut biasanya juga ditulis ML karena merupakan ukuran gempa lokal, yaitu letak stasiun seismograpnya kurang dari 600 km dari episenter. Untuk data stasiun yang lebih jauh lagi, skala yang digunakan adalah Ms yang berdasarkan amplitude gelombang permukaan (surface wave). Selain itu juga sering digunakan skala MB yang berdasarkan gelombang badan (body wave).


  • Intensitas (intensity)

Dari berbagai informasi kejadian gempa di seluruh dunia yang diperoleh, ternyata gempa melepaskan energi yang besar belum tentu besar efeknya terhadap kehidupan manusia, misalnya pusat gempanya sangat jauh dari aktifitas kehidupan manusia. Bahkan sebaliknya, beberapa kejadian gempa yang berukuran relatif lebih kecil (M dan E kecil) telah mengakibatkan efek yang besar terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu,ntimbul pemikiran untuk mengukur gempa berdsarkan besar kecilnya akibat yangnditimbulkannya yang berhubungan dengan kehidupan manusia.nKonsep tersebut diperkenalkan secara ilmiah pertama-tama oleh Robert Mallet pada pertengahan abad 19 (Bolt, 1978). Mallet membuat garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai derajat kerusakan intensitas (equal intensity lines = isoseismal lines).


Dengan berjalannya waktu, konsep tersebut dikembangkan oleh beberapa ahli, hingga akhirnya ada skala yang populer digunakan, yaitu skala Mercalli termodifikasi (Modified Mercalli Intensity, MMI, atau IMM). Skala MMI ini dikembangkan dari skala Rosi oleh Mercalli dan terakhir dimodifikasi oleh Wood dan Newman. Skala ini terdiri dari I (terendah) sampai XII (terparah kerusakannya). Skala MMI ini didasarkan pada derajat efek gempa terhadap kehidupan manusia, yaitu reaksi dan prilaku manusia saat terjadi gempa dan derajat kerusakan yang diakibatkan oleh goncangan gempa. Skala ini sangat menguntungkan bila tidak terdapat alat perekam gempa di suatu lokasi kerusakan gempa. Walaupun demikian, ada beberapa

kelemahan pada skala ini, antara lain :

1. sikap dan perasaan manusia saat kejadian gempa adalah berbeda antara satu dengan yang individu yang lainnya,

2. kondisi geologi akan berpengaruh terhadap derajat kerusakan, dan

3. kualitas bangunan juga sangat berpengaruh terhadap derajat kerusakan.

Hubungan antara intensitas I dengan magnitut M gempa pernah dibuat oleh bebrapa ahli misalnya Guttenberg dan Richter (1956) serta Hu dkk. (1996) 


  • Seismisitas (seismisity)

    Struktur yang direncanakan untuk tahan gempa memerlukan prediksi kejadian gempa yang akan datang. Prediksi tersebut untuk memperkirakan beban gempa untuk desain. Prediksi gempa meliputi lokasi, besar, gempa adalah gejala alam yang sangat kompleks, maka prediksi kejadiannya merupakan sesuatu yang mustahil bagi manusia. Mengenai lokasi kejadian gempa, telah diterangkan sebelumnya bahwa wilayah di sekitar patahan plat tektonik merupakan daerah yang rawan gempa (earthquake belts). Oleh karena itu prediksi lokasi kejadian gempa dianggap lebih mudah dibandingkan dengan memperkirakan frekuensi dan besarnya, apalagi saat kejadian gempa yang akan datang.


Untuk memperkirakan besarnya dan frekuensi gempa yang akan datang, pendekatan yang akan digunakan adalah dengan cara statistik, yaitu dengan probabilitas atau kemungkinan atau peluang besarnya kejadian gempa yang akan datang pada suatu wilayah. Perkiraan kejadian gempa yang akan datang tersebut didasarkan pada data kejadian gempa yang lalu. Walaupun kenyataannya sangat jarang terjadi kejadian gempa yang berulang pada suatu tempat kerusakan plat atau patahan tertentu, namun cara pendekatan tersebut sangat banyak diaplikasikan sampai saat ini. Hubungan antara besar / magnitut dengan frekuensi gempa dapat dinyatakan :

Log N = a + b M

Hubungan antara Ukuran dengan Frekuensi kejadian gempa pada daerah atau waktu

tertentu :

Log N = a  b M

N =frekuensi kejadian gempa ukuran M untuk luasan daerah dan periode waktu tertentu.

a, b suatu koefisien

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

berikut merupakan file PDF rangkuman :

(TGB-17-PR05-RIZKI) https://drive.google.com/file/d/1Ydz2xKEFLydpJ0-iJGXHC7-vPE4530tg/view?usp=sharing

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber:

Diktat 02-03 Teknik Kegempaan. Teknik Sipil UII. Prof. Sarwidi.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NAMA    : MUHAMMAD RIZKI

NIM        : 19511056

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


bangunan non-teknis

 Bangunan non-teknis (non-engineered structures) pada makalah/paper Bangunan Non-Engineered dalam  International Workshop di Bali 2001   ...